Showing posts with label review. Show all posts
Showing posts with label review. Show all posts

IBUMI. Kisah-kisah dari Tanah di Bawah Pelangi

0 comments

Sabtu 31 Mei | 16:00
Festival Mei - seabad Kebangkitan Nasional

Diskusi Buku dan pembacaan Puisi dari buku IBUMI. Kisah-kisah dari Tanah di Bawah Pelangi bersama Sapardi Djoko Damono

Pada dekade 80-an, Afrizal Malna, Acep Zamzam Noor, Linus Suryadi AG, Cecep Syamsul Hari, Dorothea Rosa Herliany, dan para penyair lain meneruskan langkah para penyair yang lebih dulu menulis puisi dengan menyusun puitika dari setiap sumber yang mungkin. Hasilnya adalah lanskap perpuisian yang kaya tekstru dan warna.

Para penyair Kisah Nusantara mencoba meneruskan langkah mereka yang lebih dulu menapaki Jalan Puisi itu dengan “melihat ke dalam”. Sumber inspirasi digali dari kekayaan literer lokal dan diinterpretasi ulang ke dalam kesatuan bentuk-isi modern.
Tentu saja, sama sekali tidak ada tendensi untuk menggolongkan diri sebaagi “aliran” atau angkatan baru. Tidak. Karena, persoalan aliran dan angkatan tidak pernah menjadi duri bagi para penyair Kisah Nusantara. Itu adalah persoalan para kritikus. Para penyair hanya tahu mencipta dan gagap kalau diwajibkan menggolong-golongkan.

Dengan buku ini penyair Kisah Nusantara hanya ingin menyatakan bahwa mereka akan meneruskan langkah para penyair yang telah lebih dulu menapaki Jalan Puisi.

Sesi 1 | 16.00-18.00
Diskusi Buku “Ibumi Kisah-kisah dari Tanah di Bawah Pelangi”
Pembicara: Sapardi Djoko Damono
Moderator: Zen Rahmat Sugito

Sesi 2 | 19.30-21.30
Pembacaan Puisi oleh Penyair Kisah Nusantara
Menampilkan: Indrian Koto, Komang Ira Puspitaningsih, Ahmad Muchlish Amrin, Fina Sato, Iman Rhomanshah

Mata Hari Lounge
Jl. Veteran I no. 32
Gambir - Jakarta 10110

Gagasan Desentralisasi di Indonesia

0 comments

Rabu 28 Mei 2008 | 18.00 – selesai
Festival Mei - seabad Kebangkitan Nasional

Bedah Majalah Otonomi
“Gagasan Desentralisasi di Indonesia”
Pembicara : Suwidi Tono
Moderator : Zen Rahmat Soegito

Mata Hari lounge
Jl. Veteran I no.32
Gambir - Jakarta 10110

Pesta Buku UNJ 2008

0 comments

07 - 11 April 2008 | 10:00

Teater Besar
UNJ Rawamangun,
Jl. Rawamangun Muka
Jakarta
+62856 9764 6375

Temu penulis bersama : Raditya Dika, Melanie Subono, Moamar Emka
• Workshop mengenai design cover buku, peluang usaha untuk anak muda,
• Berbagai lomba
• Apresiasi seni dari para mahasiswa UNJ seperti kabaret, seni tari, band UKM, dll
• Bedah buku
• Bengkel penulisan
• Pameran foto KMPF
• Pameran lukisan seni rupa

Icons of Arts

2 comments

Museum Nasional Jakarta adalah museum tertua dan terbesar di Asia. Sungguh fakta yang jarang disebut dan boleh jadi karenanya kurang disadari oleh warga Jakarta sendiri. Koleksi-koleksinya mencakup jutaan tahun sejarah alam dan manusia berikut budaya-budaya di beribu pulau yang terbentang diantara Samudera Hindia dan Pasifik.

Koleksi museum ini ada yang berumur lebih dari 900 tahun. Koleksi juga menunjukkan betapa ternyata di era-era lampau kerajaan-kerajaan nusantara telah membina hubungan baik dengan pusat pusat istana di Cina, India dan Eropa. Saling pertukaran cindera mata atau barang-barang mewah terjadi.
Melihat koleksi-koleksi museum ini seperti melihat sejarah kita sendiri. Sejarah kita yang berada di silang dunia.

Pertengahan Nopember lalu sebuah buku yang menyajikan koleksi-koleksi Museum Nasional Jakarta diluncurkan oleh Joop Ave, Menteri Pariwisata hingga 1998, kini publisher dari BAB Publishing Indonesia.

Icons of Arts, National Museum Jakarta —demikian judulnya— sangat impresif dan mewah. Dengan buku ini menyusuri sejarah terasa menyenangkan. Foto-foto clear and crisp benda-benda unik, langka dan belum pernah dipublikasikan sebelumnya dipadu dengan artikel-artikel berkualitas dan mendalam yang ditulis oleh para kurator museum.
Tak pelak lagi buku ini sangat bernilai dan perlu dimiliki para pemerhati seni dan sejarah kebudayaan.

Setelah buku ini, diharap tata pamer di Museum Nasional bisa sebanding dengan cara penyajian di sini. Museum Nasional, memang banyak koleksi, tapi sudah lama tata-pamernya dikenal tidak menarik sama sekali. Rak-rak kuno terkesan kumuh. Lampu temaram—cenderung gelap. Informasi tak memadai. Buku ini menerbitkan inspirasi akan tata pamer yang memanfaatkan tehnologi laser dan multimedia. []

Icons of Arts
National Museum Jakarta
Penyunting Retno Sulistianingsih Sitowati, Prof. Dr. John N. Miksic,
Halaman 308, 240 x 270 mm, ISBN 979-8926-25-0
Penerbit BAB Publisihing Indonesia, 2006
Informasi T 390-7441-2 F 390 7444, babtsp@dnet.net.id

Museum Nasional dibangun pada 1862 dan diresmikan pada 1868. Digunakan sebagai museum setelah terbentuk Bataviaasch Genootschap van kunsten en Wetenschappen atau Batavia Society for Arts and Science pada 24 April 1778.

Ia dikenal sebagai Gedung Gajah sejak memperoleh hadiah patung dari Raja Thailand, Chulalongkorn, pada 1871. Pemerintah Indonesia mulai mengelola sejak 17 Sepetember 1962 sebagai Museum Pusat. 28 Mei 1979 ditingkatkan menjadi Museum Nasional.
Kini dibangun dua gedung tambahan, enam lantai di sebelah kiri dan sepuluh lantai di bagian belakang, masing-masing dengan dua lantai bawah tanah.
Sebagian besar akan digunakan sebagai tempat penyimpanan serta ruang pameran benda-benda koleksi yang kabarnya mencapai 140.000 macam. Sisanya difungsikan sebagai area publik, seperti lobi dan auditorium. Lantai bawah tanah kedua gedung baru tersebut digunakan sebagai area parkir.

Museum Nasional
Jl. Merdeka Barat No. 12
Jakarta 10110
T 381 1551, 384 0451, 382 3239

Ataka Penulis Novel Fiksi Fantasi

3 comments

ataka Ahmad Ataka Awwalur Rizky, akrab dipanggil Ataka, 15 tahun, pelajar kelas IX SMP Negeri 5, Yogyakarta, telah menulis lima novel fiksi fantasi. Di Bataviase Nouvelles Cafe, penulis best seller, ini akan bercerita kepada Anda tentang proses kreatifnya dalam menulis novel.
Novel-novelnya yang telah beredar adalah Misteri Pedang Skinheald I - Sang Pembuka Segel (Alenia 2005), Misteri Pembunuhan Penggemar Harry Potter (Liliput 2005), dan Misteri Pedang Skinheald II - Awal Petualangan Besar (Copernican, 2007).

Novelnya yang akan segera terbit: Misteri Pedang Skinheald III - Perang di Bumi Andurin, kisah lanjutan trilogi Skinheald; Kenangan di Bumi Rencong, tentang perjalanan hidup seorang bocah berlatarbelakang tragedi Tsunami di Aceh 2004, dan Bulan Sabit di Langit Parangtritis, berdasarkan peristiwa gempa bumi di Yogyakarta dan Jawa Tengah, Mei 2006.

Berawal dari kebosanan setelah menyelesaikan soal ujian di kelas, Ataka menulis cerita di atas kertas, kemudian disimpannya dengan cara menggulung dan mengikatnya. Menulis pun menjadi kegemarannya. Setiap kali dihinggapi rasa bosan, Ataka pun menulis di lembaran-lembaran kertas yang kemudian digulung dan diikatnya ala penyimpanan surat-surat di masa purba. Semakin lama, gulungan ceritanya pun semakin banyak.

Ia marah besar ketika tumpukan gulungan kertas itu —dikira sampah, dibuang oleh ibunya. Menyadari potensi Ataka, orangtuanya pun membelikannya sebuah komputer.

Ataka menyelesaikan kerangka trilogi Misteri Pedang Skinheald dalam waktu setahun. Buku pertamanya, Sang Pembuka Segel, diselesaikan selama 6 bulan.
Menulis, menurutnya adalah proyeksi dari membaca. Ataka banyak membaca fiksi fantasi dunia, seperti Harry Potter, Lord of The Ring dan komik-komik. “Belakangan ini dia membaca novel Pramoedya Ananta Toer, seperti Bumi Manusia dan Arus Balik,” kata Faiz, sahabat sekaligus editor Ataka. Selama proses penulisan novel, mereka sering mendiskusikannya sembari memancing ikan.

September 2006 lalu, Ataka mewakili Daerah Istimewa Yogyakarta dalam Olimpiade Sains Nasional dan meraih medali perak di bidang fisika. [HASKA]

Buku mewah Museum tertua di Asia

0 comments

iconsofart Museum Nasional Jakarta adalah museum tertua dan terbesar di Asia. Sungguh fakta yang jarang disebut dan boleh jadi karenanya kurang disadari oleh warga Jakarta sendiri. Koleksikoleksinya mencakup jutaan tahun sejarah alam dan manusia berikut dengan budayabudaya di beribu pulau yang terbentang diantara Samudera Hindia dan Pasifik.

Koleksi museum ini ada yang berumur lebih dari 900 tahun. Koleksi juga menunjukkan betapa ternyata di era-era lampau kerajaankerajaan nusantara telah membina hubungan baik dengan pusat pusat istana di Cina, India dan Eropa. Saling pertukaran cindera mata atau barangbarang mewah terjadi.

Melihat koleksi-koleksi museum ini seperti melihat sejarah kita sendiri. Sejarah kita yang berada di silang dunia.

Pertengahan Nopember lalu sebuah buku yang menyajikan koleksi-koleksi Museum Nasional Jakarta diluncurkan oleh Joop Ave, Menteri Pariwisata hingga 1998, kini publisher dari BAB Publishing Indonesia.

Icons of Arts, National Museum Jakarta demikian judulnya tampak sangat impresif dan mewah. Dengan buku ini menyusuri sejarah akan terasa menyenangkan.

Foto-foto clear and crisp benda-benda unik, langka dan belum pernah dipublikasikan sebelumnya dipadu dengan artikel-artikel berkualitas dan mendalam yang ditulis oleh para kurator museum.

Tak pelak lagi buku ini sangat bernilai dan perlu dimiliki para pemerhati seni dan sejarah kebudayaan. Setelah buku, yang kini harus dipikirkan adalah bagaimana persoalan pameran di museum nasional sendiri. Tak sebanding dengan cara penyajian di buku. Museum Nasional, memang banyak koleksi, tapi selama ini tatapamernya terasa tak profesional.

Rak-rak kuno, terkesan kumuh. Lampu temaram—cenderung gelap. Tak ada informasi yang memadai dalam ruangan. Itu yang membuat bila turis asing fatang ke museum nasional kerap kesal.

Sekarang PayPal sudah terhubung dengan bank di Indonesia
Sign up for PayPal and start accepting credit card payments instantly.