Rambutnya memutih. Kaca mata tebal. Kaos berkerah dengan celana kain panjang.
Dari ruang tengah ia membuka pintu dan mengajak saya ke kamar kerjanya.
Lampu penerang di atas meja tetap menyala. Kertas-kertas kerja dan data berserakan. buku-buku menumpuk kurang rapi.
Kaca pembesar masih tergeletak di atas meja, tepat di dekat tape recorder saya.
Adolf Heuken sedang menyelesaikan revisi sebuah buku untuk edisi ke 7. Sejak pagi itu, ia menulis. Siaw Ni, pegawainya selalu sampaikan Pater masih menulis tidak bisa diganggu.
Tepat pukul 10.30, sesuai janji, saya mulai menghidupkan tape recorder. Dan suara tegas, berapi-api, membuka wawancara di rumahnya di Jalan Muhamad Yamin, Jakarta.
Selengkapnya
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment